
Kira-kira sudah 5 tahunan ini gue tidak ngantor lagi, bekerja menjadi seorang freelancer, bebas dari waktu 9 to 5 (gantinya jam kerja 24 jam sih). Mengerjakan project apapun yang membuat hati senang, keuangan juga tetap lancar.
Dan, salah satu penghasilan gue selain bekerja banting tulang selama 1 tahun di Australia dengan visa WHV di tahun 2017, gue menjadi seorang full time travel blogger.
Sebuah pekerjaan yang sangat melenceng jauh jika dilihat dari latar belakang gue lulusan Teknik Elektro, dan pernah bekerja menjadi full time programmer selama 5 tahun.
Pun terlihat berbeda, namun jika dilihat lebih dalam lagi, kedua pekerjaan itu sebenarnya mirip. Iya, sama-sama berkreasi membuat sesuatu! Seorang programmer akan berkreasi membuat sebuah code atau software, sementara seorang travel blogger berkreasi membuat tulisan.
Apa Sih Travel Blogger Itu? Dan Gue Mau Cerita Sedikit Pengalaman Gue Jadi Travel Blogger
Pada dunia pekerjaan di Indonesia, mungkin Travel Blogger bahkan belum didefinisikan sebagai pekerjaan. Faktanya, selama gue mulai berkarir di dunia travel blogging, baru satu perusahaan di Indonesia yang menuliskan pekerjaan “Travel Blogger” dalam kontrak kerja. Kalau cara jadi travel blogger udah pernah gue tulis disini. Klik aja kalau mau baca.
Iya, di tahun 2015 gue sempat menerima tawaran pekerjaan dengan kontrak sebagai “Travel Blogger”. Harus ngantor sih, tapi nggak ngantor seperti biasa.
Gue mau menerima pekerjaan itu, dengan syarat, gue bisa kabur kapan aja kalau ada undangan famtrip atau undangan traveling. Dengan catatan, gue mau berbagi konten dengan perusahaan yang mempekerjakan gue. Fair enough lah, gue bisa tetep jalan, gue bisa kasih konten bagus ke mereka.
Jadi, disini gue gak nganggep kalau itu ngantor lagi. Karena dalam sebulan biasanya selalu ada 1 atau dua undangan. Jadilah, gue lebih sering kabur daripada kerja di kantor. Yang penting target tercapai, kerjaan gue beres. Penasaran gak kerjaan gue sebagai “travel blogger” yang dikontrak perusahaan itu ngapain?

Kerjaan gue sih develop blog.reservasi.com dari nol, dari nggak ada apa-apa, timnya cuma gue seorang sampai trafficnya sekitar 300 ribu visitor per bulan dengan beberapa orang tim waktu gue tinggal ke australia (Blog ini punya reservasi.com). Lah, kenapa gue tinggal? Karena waktu gue mau pergi ke Australia setahun.
Visa udah ditangan, gue tinggal berangkat. Visa ini cuma bisa diambil sekali seumur hidup, sebelum gue umur 31. Padahal waktu itu mau dipaksa jadi head of content disana.
Tapi petualangan liar gue di Australia dan New Zealand jauh lebih menarik. Gue tinggal aja posisi itu dalam kondisi yang udah lumayan bagus. Paling gak menurut gue 300 ribu visitor per bulan not to bad lah.
Apalagi, waktu awal gue develop blog.reservasi.com, website utamanya aja belon jadi (reservasi.com), masih tarik ulur sama yang bikin website utama. Jadi pekerjaan gue waktu itu, promosiin sebuah produk yang bahkan belom ada! Caranya gimana? Ya pokoknya cari traffic aja dulu sebanyak-banyaknya!
Gampang-gampang susah, karena learning curvenya cukup tinggi, dan gue masih membayangkan kira-kira produknya bakal seperti apa. Untung jaman segitu, belom banyak travel portal, dan bikin viral di facebook masih gampang banget karena bugnya masih banyak. Coba kalau jaman sekarang, semuanya pada bikin travel portal, rebutan traffic di “niche travel” dari netijen seluruh Indonesia. Susahnya naujubilah!
Sekarang Gue Mau Bahas Tentang Saingan Travel Blogger
Pada bisnis digital, semuanya serba dinamis. Saking dinamisnya, kalau dianalogikan, yang sekarang jadi langit, mungkin sedetik lagi bisa jadi bumi. Yang sekarang lagi diatas, mungkin tak lama lagi bisa nyungsep dibawah.
Contohnya udah banyak, yang dulunya rame-rame dipake orang, sekarang beberapa ilang ditelan bumi, beberapa mati perlahan hilang dilupakan zaman.
Tau Friendster kan? Enggak? Kalau Path dan Snapchat pasti tahu dong? Eh, kalau nggak multiply aja deh? (duh, ketahuan deh angkatan berapa! Hehee!)
Beberapa yang gue sebutin tadi namanya sempat diatas awan, punya banyak user setia, menghasilkan mungkin jutaan dolar. Tapi sekarang ada yang udah mati, dan bahkan ada yang (mungkin) bakalan mati perlahan. Pertanyaan gue, apakah travel blogger bakalan mengalami nasib yang serupa? Bisa jadi iya, bisa jadi enggak!
Apalagi sekarang lagi banyak platform baru yang fungsinya bisa diposisikan seperti blog. Gara-gara itu juga mulai bermunculan istilah baru, dari yang namanya Instagrammer, youtuber, vlogger, Tik tokers~ ya nggak? Meski bukan direct competitor, tapi perlahan mereka ini mengambil pasar travel blogger juga sih.
Itu baru saingan dengan platform lain ya. Yang platformnya sejenis (website), saingannya juga nggak kalah banyak. Tahu yang namanya travel portal kan?
Seinget gue, di tahun 2015 dulu, belum banyak travel portal bertebaran. Yang paling gue inget, baru ada Hipwee dan beberapa travel portal kecil lain. Hipwee juga belum serius ngerjain konten travel sih waktu itu.
Sekarang, berbeda banget. Mulai dari travel portal yang bener(gak perlu gue sebutin), platform yang bikin gue kesel kayak UC News, sampai travel portal yang ngincer traffic biar dapet duit (dari adsense) udah banyak banget.
Kayak bakteri yang bisa membelah diri setiap jam. Eh, atau mungkin kayak virus ya? Tau deh, cepet banget nambahnya! Belom lagi, beberapa media mainstream juga mulai bikin kategori khusus travel.
Terus adalagi lagi, travel agent online raksasa macam Traveloka, tiket dan masih banyak lainnya juga mulai bikin blog sendiri. Mereka ini, mentang-mentang duitnya banyak buat dibakar, mereka incer tuh satu persatu keyword dengan niche “travel” yang trafficnya kenceng.
Lengkap sudah, dunia persaingan di dunia travel blogging makin berat! Market Indonesia masih besar sih memang, tapi ya perlu usaha lebih untuk menggaet sepotong kue bernama market itu. Gak kayak dulu, masih gampang banget!
Terus terang, waktu gue ngurus travel blog indonesia catperku.com paling banyak abis buat ngelawan balik, ngerebut traffic keyword dengan niche “travel” yang trafficnya kenceng itu satu persatu.
Beberapa masih dalam perjuangan, beberapa sukses dan kemudian dilawan balik sama mereka dengan ngiklan di “Google Adwords”. Duh, kalau dilawan pake cara bakar duit di iklan ya gue tinggal lambaikan tangan aja~
Dadaaah~ nunggu ada investor yaa~
But, that is the fun part of travel blogging! Gara-gara ini, gue jadi banyak banget belajar tentang Digital Marketing, nulis yang baik, dan tentunya SEO! Persaingan malah membuat gue makin seneng buat belajar hal baru, dan bereksperimen mencoba sesuatu yang baru! Terus, apalagi ya kira saingan blogger/travel blogger yang kelewat gue sebutin?
Kalau ada, bakalan gue tambah lagi, kalau ada yang tau bisa komentar di kolom komentar deh. Sekarang, gue mau bahas perkiraan gue mengenai masa depan dunia travel blogging.
Masa Depan Travel Blogger Gimana?
Apakah suram lalu mati seperti friendster? Mati perlahan kayak Path dan Snapchat? Atau malah stagnan kayak twitter?
Seperti gue bilang diatas, bisnis digital adalah sebuah dunia yang super dinamis. Travel blogger pun harus mengikuti perubahan jaman kalau mau bertahan.
Nggak bisa lagi mengandalkan tulisan, kecuali kalau cara monetizenya pake metode yang namanya ternak blog dan mengejar hasil dari Adsense. (gak akan gue bahas disini, karena cara ini nggak cuma khusus buat travel blog aja, tapi lebih ke blogger secara umum).

Faktanya, dari statistik saya pribadi, dibanding tahun 2015-2017, di tahun 2018 brand/agency udah agak jarang memesan iklan atau content placement pada tulisan saja.
Kalaupun ada, biasanya harganya dibawah standard saya, atau nawarnya bikin saya males balasnya. Tapi untuk brand gede, biasanya mereka mau sepaket dengan media sosial seperti Instagram dan twitter, bahkan tak jarang dengan video di youtube.
Nggak kaget, karena sepertinya untuk campaign jangka pendek, saat ini Instagram jauh lebih banyak dipakai oleh brand. Belakangan, gue lebih sering lihat campaign di Instagram dan Facebook dibanding dengan campaign di Blog. Untuk data pendukungnya, gue masih perlu riset lebih dalam mengenai ini.
How To Survive Being Travel Blogger?
Gue nggak tau, sampai kapan pekerjaan travel blogger ini bertahan. Tapi yang jelas, gue ini penganut kepercayaan “don’t put the eggs in one basket”. Yang artinya, gue gak cuma mengasah skill nulis aja, dan mempercayakan sepenuhnya penghasilan utama dari nulis di travel blog catperku saja.
Di rumah gue di Blitar, gue juga mulai belajar ternak ikan. Iya, gue mau belajar jadi peternak beneran, biar nggak cuma jadi peternak blog saja. #ehhh! Maksudnya biar ada selingan juga deh.
Pun, gue ada project jangka panjang. Target gue adlaah bisa dapetin USD 2000 per bulan dari google adsense. Tapi entah kapan, mungkin masih jauh banget dari target! Tapi tetep gue usahain semaksimal mungkin. Wkwkwk, saingannya banyak sih! CPC traffic dari Indonesia juga kecil bangett dah!
Selain itu dari tahun 2014 akhir gue juga udah mulai maintain akun Instagram gue dengan bener, apalagi semenjak udah gak banyak yang order buzzing di twitter.
Itu juga baru kelihatan hasilnya di pertengahan 2017. Namun, di tahun 2018 ini, bahkan pendapatan dari Instagram udah menyamai dari nulis blog, bentar lagi bisa lebih.

Jadi mungkin bener, kalau pengiklan mulai mengurangi iklan di blog karena beralih ke Instagram ya? (perlu konfirmasi dengan riset dan data lebih lanjut sih ini).
Terus, gue juga selalu monitor kira-kira platform apa yang bakalan bisa booming, dan gue bisa terjun ke dalamnya. Meski dihujat sana sini, Tik Tok ada potensi sih. Cuma karena gak cocok dengan karakter gue, ya mending gue mulai fokus kembangin channel youtube.
Subscribe channel gue ya di youtube.com/catperku
Yass! Per akhir tahun 2017 kemaren, gue udah mulai serius membuat konten video. Gue juga mulai terjun menjadi seorang travel vlogger. Semoga kedepannya sih biar bisa menjadi travel vlogger Indonesia yang cukup diperhitungkan juga. Untuk konten video memang belum rutin sih hasilnya, akun youtube gue juga belum bisa dimonetize.
Cuma memang udah mulai ada beberapa tawaran dari pengiklan dalam kerjasama pembuatan konten video. Meski belum banyak ya. Tapi, untuk travel vlogger pemula, pencapaian terbesar gue adalah ketika dipercaya untuk mengisi workshop basic social media and basic vlogging sama Freeport Indonesia. Iye, gara-gara mulai bikin konten travel vlog, gue bisa terbang ke Timika, dan mengunjungi Tembagapura.
Alhamdulillah, klien puas dengan materi yang saya bagikan disana. Ternyata memang nggak ada salahnya terus belajar dan berbagi ilmu!
Lalu Kesimpulannya Apa?
Jadi… Menurut gue, kalau emang mau serius dan professional di dunia Travel Blogging di jaman sekarang, udah nggak bisa lagi cuma mengandalan “pintar nulis aja”. Harus mau belajar hal lain juga. Kalau bloggingnya cuma main-main sih serah lu. Bebaaas~
Sekarang travel blogger itu menjadi sebuah pekerjaan all rounder. Kenapa gitu? Karena untuk bertahan jadi travel blogger jaman now (full time) harus dituntut untuk bisa : Nulis, nadi travel fotografer, cameramen, photo editor, video editor, SEO Spesialist, Digital Marketer, Socmed Spesialist, dan hingga yang paling receh harus bisa Accounting dan Finance sekaligus! Atau masih ada yang beln gue sebutin disini?
Terus, dari prediksi gue sih, konten video ini bakalan booming banget. Makanya gue mulai memperkaya konten travel blog catperku dengan beberapa konten video. Hal ini juga mulai dilakukan travel blogger kawakan macam Wiranurmansyah dan Om Bolang Lostpacker.
Mereka ini udah dari lama bikin konten video. Karena ya memang di masa depan, kebutuhan konten video sepertinya makin banyak. Tapi… itu bisa jadi iya, bisa enggak juga ya! Namanya juga dunia digital. Semua bisa berubah dalam hitungan milidetik! #lebay
Daah, gitu duluuu! Terimakasih sudah mau baca tulisan ngelantur gue sampai selesai!
Jadi sekarang masih pengen kerja jadi travel blogger? Kecuali lo bisa menikmati semuanya keuntungan dan tantangannya kayak gue, mendingan jangan deh! Berat, biar gue saja. Bakal nambah saingan juga loh ntar 😛
Eh, enggak ding, malah sekarang ini menurut gue nggak banyak muncul wajah-wajah baru di dunia travel blogger. Makanya, tiap ada famtrip yang jalan ya lu lagi lu lagi! Biasanya pada dunia ini berlaku metode seleksi alam yang super ketat namanya “KONSISTENSI”.
Okeee, semoga tulisan ini bermanfaat! Bye byee~ Kalau bermanfaat jangan lupa share dan subscribe ke akun youtube saya! Dadaaah~
Yups, jadi blogger sekarang kudu multitasking dah, nulis iya, bikin video iya, maintenance sosmed, pokoke nggak boleh lelah ?
Gw g bisa nggak setuju ama tulisan lo bang! Blogger sekarang memang dituntut serba bisa dan serba all in.. udah kkayak proggramer yang diminta utk perbaikin jaringan internet hahaha
tapi selama enjoy dan menikmati pekerjaannya kan gak masalah 😀 itulah kenapa seleksi alam dunia blogging itu super ketat!
Sedih bang, yang lebih sedih lagi.. banyak yang gtw, Travel Blogger itu apa…